MOU DENGAN PERPUSNAS: Rektor UMSU, Dr Agussani, MAP menyaksikan Kepala Perpunas RI, Muhammad Syarif Bando menandatangani MoU antara UMSU dan Perpusnas di sela-sela Workshop Kepustakawanan, Seminar Nasional, Penandatangan MoU, dan Rapat Kerja Nasional Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (FKP2TN) di Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (22/3).
Bangka Belitung, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) terus menjalin kemitraan dan kerja sama di tingkat nasional di antaranya menjalin MoU dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan dan mendorong tumbuhnya budaya baca di lingkungan universitas.
Penandatanganan naskah MoU dilakukan Rektor UMSU, Dr Agussani, MAP dengan kepala Perpusnas RI, Drs Muhammad Syarif Bando, MM bertepatan diselenggarakannya Workshop Kepustakawanan, Seminar Nasional, Penandatangan MoU, dan Rapat Kerja Nasional Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (FKP2TN) di Santika Hotel Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (22/3). UMSU menjadi salah satu perguruan tinggi dari 41 PTN dan 8 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang melakukan MoU.
Adapun ruang lingkup MoU meliputi, pengembangan sumber daya manusia bidang perpustakaan, pengembangan teknologi infromasi dan komunikasi, pengembangan pangkalan data Katalog Induk Nasional (KIN) dan repositori digital Indonesia OneSearch (IOS), pengembangan dan pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan, pertemuan ilmiah, penelitian dan publikasi bersama dalam bidang perpustakaan, penghimpunan dan pelestarian Karya Cetak Karya Rekam (KCKR), dan perluasan jejaring perpustakaan lingkup nasional dan internasional.
Peningkatan Kualitas
Menurut Rektor UMSU, penandatanganan nota kesepahaman antara UMSU dengan Perpusnas RI merupakan bagian program yang tidak terpisahkan dalam rangka peningkatan kualitas mahasiswa dan dosen serta layanan perpustakaan di perguruan tinggi. UMSU sebagai lembaga pendidikan tinggi swasta terbesar di Sumatera Utara tentunya sangat bersyukur dengan MoU ini dan akan menindaklanjuti dengan berbagai program yang bisa sinergikan dengan Perpusnas RI. “Tentunya, semua layanan dan fasilitas di perpustakaan berlahan akan terus dibenahi dan berupaya memfasilitasi seluruh civitas akademika untuk mendapatkan bahan bacaan yang memadai sekaligus menumbuhkan budaya baca khususnya di kalangan mahasiswa dan dosen,”katanya.
Dijelaskan Rektor, melalui MoU ini diharapkan akan lahir program-program penguatan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan melalui tumbuhnya budaya baca di lingkungan kampus dan diminta seluruh civitas akademika agar ikut bergabung menjadi anggota Perpusnas RI karena kebermanfaatan sangat banyak.
Saat ini keberadaan perpustakaan memainkan peran penting di tengah tantangan yang semakin berat dengan munculnya beragam konten menarik yang lahir seiring berkembangnya media sosial. Untuk itu, perpustakaan harus mampu mengimbangi daya tarik konten di media sosial dengan peningkatan kualitas dan kuantitas layanan perpustakaan.
Syarif Bando mengatakan, perpustakaan saat ini menjadi perhatian serius pemerintah, bahkan perpustakaan harus terus bergerak untuk menjembatani ilmu pengetahuan. Terkait MoU, dirinya meminta harus ada tindaklanjut yang nantinya bisa dilakukan. “Dalam forum ini, setelah MoU nantinya kita akan bersama-sama memainkan peran, tidak bisa lagi pustakawan menunggu, pustakawan harus bangkit dan berdiri seiring sejajar dengan para guru besar, para dosen yang mengajar di kelas untuk memberikan kontribusi kualitas mahasiswa yang akan dihasilkan,” katanya.
Dia menambahkan, saat ini bangsa Indonesia masih ‘lapar buku’. Artinya, satu buku ditunggu sebanyak 15 orang, maka perlu ditegaskan, tidak ada yang bisa mewakili negara ini menghasilkan buku kecuali perguruan tinggi. “Saya selalu mengatakan semua apa yang dihidangkan di meja, mau ikan, sayur, mau buah-buahan merupakan hasil petani. Sekarang saat diminta apa yang beda dan berkualitas terkait hasil pertanian, mereka langsung menunjuk perguruan tinggi. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekayaan sumber daya alam karena akan habis,” ucapnya.
Indonesia dengan kekayaan SDA yang begitu besar dengan beragam tumbuhan seharusnya bisa menjadi negara terbesar pengekspor tanaman obat, tetapi apa yang terjadi. Kondisi ini merupakan tantangan di perguruan tinggi. Hal ini tidak bisa dijawab di kabupaten atau provinsi tetapi harus bisa dijawab di perguruan tinggi. Karena itu, para pustakawan harus bangkit untuk bisa seiring dan sejajar dengan pendidik, para profesor, dan para doktor. Di negara maju, pustakawan mendapat tempat terhormat, bangsa yang maju menghargai jasa para pustakawan.
Dia meminta budaya baca ditingkatkan di segala lini dan Indonesia tidak boleh lagi kekurangan buku, para guru besar tidak perlu ditulis-tulis di koran karena akan dicabut tunjangannya. Mereka seharusnya menulis dan buku-bukunya ada perpustakaan, tidak perlu tebal cukup 100-160 halaman tetapi isinya memiliki kebermaknaan bagi masyarakat.
Kepala UPT Perpustakaan UMSU, Muhammad Arifin, MPd sangat bangga dengan terjalinnya MoU dengan antara UMSU dan Perpusnas RI. Ini, katanya sebagai pintu masuk UMSU di kanca nasional dalam kegiatan di bidang pengembangan perpustakaan.
Usai penandatangan MoU dilakukan pengukukan pengurus FKP2TN, seminar nasional, rapat kerja dan malam harinya dilakukan jamuan makan malam di gubernuran.