Oleh: Muhammad Arifin
MASA Taarauf (Masta) yang digelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) berlangsung dengan penuh khidmat, dan berlangsung sukses selama dua hari. Diawali dengan pembukaan masta kolosal dan diikuti masta di setiap komisariat. Ada beberapa catatan yang penulis bisa petik, terkhusus saat pembukaan.
Di antara hadirin, ada seorang anak muda yang tampil penuh percaya diri, mengenakan jaket merah IMM dengan jeans berwarna coklat gelap. Terlihat dia begitu gagah dan milineal. Sosok tersebut adalah tokoh muda yang energik, Najih Prasetyo, Ketua Umum DPP IMM periode 2018-2020 yang baru saja terpilih pada Muktamar XVIII. Dia berpidatu penuh semangat dan berapi-api. Mahasiswa begitu tegun mendengar setiap ucapan yang terlontar.
Apa yang disampaikan begitu bernas! Salah satunya terkait dengan kondisi Bangsa Indonesia yang masih tertinggal khususnya dalam minat baca. Dia menegaskan, mahasiswa janganlah menjadi bagian dari orang-orang yang menyebabkan Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara yang tingkat minat bacanya rendah.
“Jangan kemudian hari ini kita berbangga dengan status kemahasiswaa, kalau tidak mampu memanfaatkan apa yang harus dimanfaatkan. Jika terjadi, maka 3-4 tahun ke depan, mahasiswa hanya akan menjadi orang yang suka mengedarkan ijazah ke mana-mana. Ini jadi beban berat,” katanya.,
Menurutnya, mahasiswa harus benar-benar mencintai buku memperbaiki keberpihakan kepada buku, perbaiki budaya membaca, dan menjadi generasi yang melek terhadap literasi. “Jangan dulu ngomong negara, perbaikan bangsa, kalau kemudian kita belum cinta kepada buku. Jangan dulu ngomong pemberdayaan masyarakat kalau belum cinta kepada buku, jangan mengharapkan mendapatkan IPK yang bagus kalau belum cinta kepada buku,” katanya
Dikatakannya, kalau mau jujur dan membuka lebaran sejarah, seluruh tokoh bangsa Indonesia, dan seluruh pahlawan nasional tidak dilahirkan di ruang-ruang hampa dan kondisi kenyamaan yang kemudian selama ini kita nikmati.Contohnya, Soekarno sejak sekolah selalu cinta kepada buku, Moh Hatta, berapa buku yang dilahirkan sebelum menjadi tokoh bangsa Indonesia dan menjadi orang nomor dua. HOS Cokroaminoto tokoh yang berapa buku dilahirkan dari karya-karya intelektualitas. Artinya, bagaimana intelektualitas, integritas, dan kapasitas ke depan bisa dinilai sejauhmana cinta terhadap buku dan sejauhmana cinta terhadap membaca.
“Jangan tanya mau jadi apa?, tetapi harus diubah, bekal apa yang akan kita bawah untuk meraih cita-cita ke depan?. IMM, adalah salah satu instrument yang dapat mengembangkan softskill, keterampilan dan keahlihan sehingga ke depan nantinya mahasiswa bisa menjadi problem solution terhadap segala persoalan di tengah-tengah masyarakat,”katanya sembari menambahkan Ilmu tidak hanya diperoleh dari ruang-ruang kelas semata,.
Dia berharap, mahasiswa harus turun dalam pengabdian kepada masyarakat, karena menurutnya menjadi pintar, hebat dengan punya IPK 4 adalah sesuatu yang muda didapat, tetapi secara prinsip sejauh mana mengimplementai, dan sejauhmana membawa potensi yang ada di dalam diri dengan mengimplementasikan dengan cara bermartabat berupa pengabdian kepada masyarakat.